Indeks Harga Rokok Dunia: Australia Termahal, Bagaimana Posisi Indonesia?

Berdasarkan data indeks harga rokok global, Australia menempati posisi puncak sebagai negara dengan harga rokok paling mahal di dunia, dengan indeks mencapai 676,8. Angka ini jauh melampaui rata-rata dunia yang ditetapkan pada angka 100. Selandia Baru dan Irlandia menyusul di peringkat kedua dan ketiga, menunjukkan dominasi negara-negara maju dengan kebijakan cukai yang ketat. Sementara itu, Indonesia berada di peringkat 109 dengan indeks 53, menandakan harga rokok yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan rata-rata global.

Indeks Harga Rokok per Negara
Peringkat indeks harga rokok per negara di seluruh dunia. Australia menempati urutan pertama dengan indeks 676,8, diikuti oleh Selandia Baru (566,8), Irlandia (404,5), Norwegia (379,3), dan Inggris (376,8).

Indeks Harga Rokok adalah sebuah ukuran statistik yang digunakan untuk membandingkan tingkat harga produk rokok di berbagai negara terhadap suatu standar. Dengan menetapkan rata-rata global pada angka 100, indeks ini memudahkan perbandingan: negara dengan indeks di atas 100 memiliki harga rokok lebih mahal dari rata-rata dunia, sementara negara dengan indeks di bawah 100 memiliki harga yang lebih murah.

Perbedaan harga produk tembakau di seluruh dunia menunjukkan jurang yang signifikan antara berbagai negara, yang mencerminkan pendekatan yang sangat beragam dalam kebijakan fiskal, kesehatan masyarakat, dan kondisi ekonomi. Variasi ini tidak hanya dipengaruhi oleh daya beli lokal, tetapi juga merupakan hasil dari strategi pemerintah yang disengaja untuk mengatur konsumsi. Di satu sisi, negara-negara dengan biaya hidup tinggi cenderung menetapkan harga yang sangat mahal sebagai bagian dari kampanye kesehatan masyarakat yang komprehensif. Di sisi lain, banyak negara berkembang menghadapi dilema antara melindungi kesehatan warganya dan mempertahankan pendapatan negara dari industri tembakau yang seringkali menjadi sumber ekonomi penting.

Kebijakan Pajak Agresif sebagai Alat Pengendalian

Negara-negara yang menempati peringkat teratas dalam hal mahalnya harga rokok, seperti Australia, Selandia Baru, dan negara-negara Eropa Barat, secara konsisten menerapkan kebijakan cukai yang sangat tinggi. Pajak eksais yang dikenakan pada setiap bungkus rokok seringkali menjadi komponen terbesar dari harga jual eceran. Strategi ini memiliki dua tujuan utama: pertama, untuk membuat produk tembakau menjadi kurang terjangkau, terutama bagi kaum muda dan kelompok berpenghasilan rendah, sehingga dapat menekan angka perokok baru. Kedua, pendapatan yang dihasilkan dari cukai yang tinggi seringkali dialokasikan kembali untuk mendanai program layanan kesehatan, termasuk kampanye anti-merokok dan pengobatan penyakit yang disebabkan oleh rokok. Kebijakan ini didukung oleh bukti kuat bahwa kenaikan harga adalah salah satu cara paling efektif untuk mengurangi prevalensi merokok.

Peran Ekonomi dan Regulasi Ketat

Selain pajak, faktor ekonomi dan regulasi lainnya juga memainkan peran penting. Negara-negara berpenghasilan tinggi umumnya memiliki peraturan yang lebih ketat terkait penjualan dan pemasaran produk tembakau. Ini termasuk kewajiban kemasan polos (plain packaging) yang menghilangkan branding, larangan iklan di berbagai media, serta pembatasan area merokok yang ketat di tempat umum. Kombinasi antara daya beli masyarakat yang kuat dan lingkungan regulasi yang represif menciptakan ekosistem di mana harga tinggi dapat dipertahankan. Konsumen di negara-negara ini, meskipun menghadapi harga yang mahal, masih memiliki kapasitas ekonomi untuk membeli, meskipun jumlahnya terus menurun seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan.

Konteks Indonesia dan Negara Berkembang

Posisi Indonesia, dengan indeks harga jauh di bawah rata-rata global, mencerminkan realitas sosial-ekonomi yang kompleks. Sebagai salah satu produsen tembakau terbesar di dunia, industri ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara melalui cukai. Pemerintah Indonesia menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan tujuan kesehatan masyarakat dengan stabilitas ekonomi dan politik. Kenaikan cukai rokok secara berkala dilakukan, namun seringkali tidak cukup drastis untuk menimbulkan efek jera yang signifikan, karena khawatir akan memicu peredaran rokok ilegal dan berdampak pada petani tembakau serta pekerja pabrik. Harga yang relatif terjangkau ini berkorelasi langsung dengan tingginya prevalensi perokok di dalam negeri, yang menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat terbesar bagi bangsa.

Indeks Harga Rokok Dunia

Berdasarkan data indeks harga rokok global, Australia menempati posisi puncak sebagai negara dengan harga rokok paling mahal di dunia, dengan indeks mencapai 676,8.

Change Chart

    Poin penting

    Kesenjangan Harga Global yang Ekstrem

    • Australia memiliki indeks harga rokok hampir tujuh kali lipat dari rata-rata dunia, menunjukkan perbedaan yang sangat besar dalam keterjangkauan rokok secara global.
    • Mayoritas negara dengan harga rokok termahal adalah negara maju di Oseania dan Eropa Barat, yang secara aktif menggunakan kebijakan fiskal untuk mengendalikan konsumsi tembakau.
    • Sebaliknya, banyak negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin memiliki indeks jauh di bawah 100, di mana harga rokok relatif lebih terjangkau bagi masyarakatnya.

    Faktor Utama Penentu Harga Rokok

    • Cukai dan pajak merupakan komponen paling dominan dalam menentukan harga jual rokok di negara-negara dengan harga tinggi.
    • Kebijakan kesehatan masyarakat yang kuat, seperti kampanye anti-merokok dan regulasi kemasan, berkorelasi positif dengan harga yang mahal.
    • Di negara seperti Indonesia, keberadaan industri tembakau domestik yang besar menjadi faktor penyeimbang yang membuat pemerintah lebih berhati-hati dalam menaikkan harga secara drastis.

    Peringkat teratas

    No. 1 Australia 676,8

    Australia menempati peringkat pertama sebagai negara dengan harga rokok termahal di dunia. Indeksnya yang mencapai 676,8, atau hampir tujuh kali lipat dari rata-rata global, adalah hasil dari kebijakan pemerintah yang sangat agresif dalam menaikkan pajak cukai tembakau secara berkala selama bertahun-tahun. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi kesehatan masyarakat yang komprehensif untuk mengurangi tingkat perokok di negara tersebut. Selain pajak yang sangat tinggi, Australia juga merupakan negara pertama yang menerapkan undang-undang kemasan polos (plain packaging) untuk semua produk rokok, yang bertujuan menghilangkan daya tarik merek. Kombinasi dari harga yang sangat tidak terjangkau dan regulasi yang ketat telah menjadikan Australia sebagai tolok ukur global dalam pengendalian tembakau.

    No. 2 Selandia Baru 566,8

    Selandia Baru mengikuti jejak tetangganya, Australia, dengan kebijakan anti-merokok yang sangat kuat. Dengan indeks 566,8, negara ini juga menerapkan kenaikan pajak cukai tahunan yang signifikan untuk membuat rokok semakin tidak terjangkau. Pemerintah Selandia Baru bahkan telah menetapkan tujuan ambisius yang dikenal sebagai "Smokefree 2025", yaitu untuk mengurangi prevalensi merokok hingga di bawah 5% pada tahun 2025. Selain menaikkan harga, pemerintah juga meluncurkan berbagai program dukungan untuk membantu perokok berhenti dan memberlakukan larangan merokok di banyak ruang publik. Harga yang tinggi dipandang sebagai alat kebijakan yang paling efektif untuk mencapai target generasi bebas asap rokok.

    No. 3 Irlandia 404,5

    Sebagai negara Eropa dengan harga rokok termahal, Irlandia memiliki indeks 404,5. Seperti negara-negara lain di peringkat atas, Irlandia menggunakan pajak yang tinggi pada produk tembakau sebagai pilar utama strategi kesehatan masyarakatnya. Pemerintah Irlandia secara konsisten menaikkan cukai dalam anggaran tahunan mereka untuk mencegah kaum muda mulai merokok dan mendorong perokok yang ada untuk berhenti. Irlandia juga merupakan salah satu negara pelopor di Eropa yang memperkenalkan larangan merokok di tempat kerja, termasuk bar dan restoran, pada tahun 2004. Harga tinggi ini mencerminkan komitmen jangka panjang negara tersebut untuk memerangi dampak buruk tembakau terhadap kesehatan.

    No. 4 Norwegia 379,3

    Norwegia, dengan indeks 379,3, adalah contoh lain dari negara Skandinavia yang memprioritaskan kesehatan masyarakat di atas pendapatan dari tembakau. Harga rokok yang tinggi di Norwegia didorong oleh kombinasi pajak yang berat dan standar hidup yang tinggi secara umum. Negara ini memiliki peraturan yang sangat ketat terkait penjualan dan iklan tembakau. Misalnya, produk rokok tidak boleh dipajang secara terbuka di toko-toko dan harus disimpan di dalam lemari tertutup. Kebijakan harga yang mahal ini sejalan dengan model negara kesejahteraan Nordik yang berinvestasi besar dalam pencegahan penyakit dan promosi gaya hidup sehat bagi warganya.

    No. 5 Inggris 376,8

    Inggris melengkapi posisi lima besar dengan indeks harga rokok 376,8. Selama beberapa dekade, pemerintah Inggris telah menggunakan eskalator cukai tembakau, yang secara otomatis menaikkan pajak di atas tingkat inflasi setiap tahunnya. Langkah ini memastikan bahwa rokok menjadi semakin kurang terjangkau dari waktu ke waktu. Pendapatan dari pajak ini digunakan untuk mendanai Layanan Kesehatan Nasional (NHS). Selain harga yang mahal, Inggris juga telah mengadopsi peraturan kemasan polos dan larangan merokok di tempat umum dalam ruangan. Upaya-upaya ini secara kolektif telah berhasil menurunkan tingkat perokok secara signifikan di negara tersebut.

    No. 109 Indonesia 53,0

    Indonesia berada di peringkat ke-109 dengan indeks harga rokok 53,0, yang berarti harga rokok di negara ini secara signifikan lebih murah daripada rata-rata dunia. Posisi ini mencerminkan situasi yang kompleks di mana Indonesia adalah salah satu produsen dan konsumen tembakau terbesar secara global. Industri tembakau merupakan sumber pendapatan negara yang penting dan menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang, mulai dari petani hingga pekerja pabrik. Meskipun pemerintah secara rutin menaikkan tarif cukai, kenaikannya seringkali tidak cukup tinggi untuk mengimbangi inflasi dan pertumbuhan pendapatan, sehingga keterjangkauan rokok tetap tinggi. Harga yang rendah ini menjadi salah satu faktor utama tingginya prevalensi perokok di Indonesia, yang menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat.

    PeringkatNamaIndikator
    No. 1
    Australia
    677
    No. 2
    Selandia Baru
    567
    No. 3
    Irlandia
    404
    No. 4
    Norwegia
    379
    No. 5
    Inggris
    377
    No. 6
    Bermuda
    310
    No. 7
    Prancis
    297
    No. 8
    Kep. Cayman
    296
    No. 9
    Islandia
    280
    No. 10
    Singapura
    260
    No. 11
    Israel
    258
    No. 12
    Finlandia
    234
    No. 13
    Kanada
    232
    No. 14
    Palestina
    231
    No. 15
    Fiji
    228
    No. 16
    Aruba
    225
    No. 17
    Belanda
    211
    No. 18
    Swiss
    210
    No. 19
    Denmark
    206
    No. 20
    AS
    195